Gereja Gantung: Bukti Keindahan Toleransi di Mesir

Gereja Gantung Mesir

Enaknyakemana.com – Jika berkunjung ke Kairo, sempatkanlah untuk berkunjung ke Fustat. Kota tua yang memiliki tempat ibadah tiga agama samawi yang berdekatan. Tempat-tempat ibadah itu umumnya berusia sangat tua dan beberapa sudah berumur ribuan tahun. Fustat sendiri adalah ibukota pertama Mesir setelah negeri itu dikuasai oleh pasukan Islam masa Khalifah Umar bin Khatab.

Di kawasan ini terdapat Masjid Amr bin Ash, masjid tertua di Afrika. Beberapa meter dari masjid ini ada komplek gereja yang terdiri dari Gereja Muaallaqat (Gereja Gantung), Gereja Mar Girgis, Gereja Abu Serga dan satu tempat peribadatan Yahudi yaitu Sinagog Ben Ezra. Tempat-tempat ibadah itu sudah ada sebelum Islam masuk Mesir. Ketika Islam datang tempat ibadah itu tetap dibiarkan dan dilindungi oleh penguasa Islam.

Di antara gereja yang terkenal adalah Gereja Muallaqat, gereja ortodok koptik yang dipersembahkan untuk Perawan Maria. Gereja Gantung ini dibangun pada abad ke-7 M. Disebut Muallaqat karena gereja ini seakan tergantung, karena dibangun di atas tanah dan pilar-pilar yang menunjangnya. Tepat dibawah gereja ini ada sebuah gua dalam tradisi koptik dipercayai sebagai tempat persembunyian Maryam dan Isa AS (Yesus) dari kejaran Herodotus.

Bagian dalam Gereja gantung Mesir

Pada bagian depan terdapat mimbar yang ditunjang oleh 13 pilar yang mewakili Yesus bersama ke 12 murid-Nya. Yang menarik dari ke 13 pilar tersebut adalah terdapat pilar yang berwarna hitam yang berarti Yudas Iskariot dan yang berwarna abu-abu yang berarti Tomas.

Kebanyakan ikon di dalam Gereja Gantung ini berasal dari abad ke 8 bahkan ada yang berasal dari abad ke 5 dan 6 masehi. Di dalam dari gereja ini terdapat ruangan yang dipersembahkan kepada Perawan Maria, St. George dan Yohanes Pembaptis.

Saat mengunjungi Gereja Gantung ini 2016 lalu, penulis berkesempatan berbincang  dengan salah satu pendeta Koptik, Alex Samuel Uryat. Alex bercerita bahwa hubungan umat Koptik dengan umat Islam sangat baik. Tidak pernah ada pertentangan di antara kedua penganut agama tersebut. Keduanya saling bekerja sama dan saling membutuhkan. Sang pendeta mengatakan bahwa kerja sama paling kuat terletak pada bidang ekonomi.

Sang pendeta juga mengaku bahwa perhatian dari pemerintah Mesir sangat baik. Meski mereka minoritas, sementara mayoritas aparat pemerintah mayoritas Islam, mereka tidak pernah di nomor duakan. “Semua presiden (perhatiannya terhadap kami) mumtaz” kata Alex.

Ketika ditanya apakah umat Koptik takut terhadap umat Islam yang mayoritas, sang Pendeta menjawab tidak. Bagi mereka umat Islam adalah umat yang baik, toleran, dan menjunjung perdamaian. “Kami hanya terancam oleh kelompok teroris. Teroris itu tidak beragama. Tidak Kristen tidak pula Islam”, katanya.

Toleransi antara umat beragama di Mesir bukanlah hal yang baru. Tapi telah berakar sejak masuknya agama Islam. Penaklukan Islam atas Mesir memang penaklukan yang penuh kedamaian. Saat itu penduduk Mesir yang beragama Kristen dan minoritas Yahudi hidup dalam keadaan tertindas oleh penjajahan Romawi.

Taman di gereja gantung mesir

Harga diri mereka  direndahkan dan agama mereka dibatasi kebebasannya. Romawi menganut ajaran katolik sementara Mesir menganut Ortodok Koptik. Dalam hal ini Romawi sering memaksakan keyakinan Katoliknya terhadap bangsa Mesir. Maka ketika pasukan Islam memasuki Mesir, mereka langsung menyambutnya dan membantunya untuk mengusir Romawi.

Penaklukan Mesir hampir tidak ada pertumpahan darah. Penduduk setempat diperlakukan dengan sangat baik. Islam menjamin jiwa, harta, dan agama mereka. Mereka adalah Dzimah yang wajib dilindungi jiwa dan kehormatannya. Hal ini terekam dalam surat perjanjian antara Amr bin al-Ash dan penduduk Mesir.

Bismillahirrahmanirrahim: Inilah jaminan keamanan yang telah diberikan Amr bin al-Ash kepada penduduk Mesir, yang mencakup keamanan jiwa, agama, harta, gereja, tanah air, darat maupun lautan mereka. Mereka dijamin tidak akan diganggu sedikitpun dari segala sesuatu yang disebutkan diatas. Ataupun dikurangi..”.

Jaminan ini juga termaktub dalam surat yang dikirimkan Amr kepada Khalifah Umar Bin Khatab ra di Madinah: “Sesungguhnya jiwa mereka, harta mereka, agama mereka, gereja-gereja dan salib mereka dalam perlindungan kami..”

Masyarakat Mesir memang memiliki tingkat toleransi yang sangat tinggi. Tidaklah heran jika perayaan Natal maupun hari-hari besar Kristen lainnya menjadi hari raya umat Islam juga. Pada perayaan ini biasanya Grand Syaikh Al-Azhar ikut hadir sebagai bentuk toleransi dan persatuan.

Tidak heran juga jika umat Islam Mesir ikut meramaikan natal dengan menjual aksesoris-aksesoris natal. Perlu dicatat bahwa sekitar 10 % dari penduduk Mesir adalah Kristen dan mereka bisa hidup dengan nyaman dan berdampingan dengan penganut Islam yang mayoritas.

Klik untuk mendapat panduan menuju Gereja Gantung, Mesir!
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url